Ketika masyarakat berinteraksi dengan sebagian besar ajun digital pribadi atau chatbot, mereka menyerupai sedang berbicara dengan walkie-talkie atau SMS: Pertama, salah satu pihak menyampaikan atau menulis sesuatu, kemudian pihak lain mencerna gosip tersebut sebelum menyampaikan respon.
Hal ini efektif, tetapi Li Zhou, engineer lead XiaoIce, chatbot sosial Microsoft di Tiongkok yang ditenagai kecerdasan buatan mencatat bahwa hal ini mempunyai satu kelemahan besar.
“Manusia sebetulnya tidak berbicara menyerupai itu,” kata Zhou.
Sebaliknya, ia mencatat ketika kebanyakkan orang sedang berbicara ditelepon atau mengobrol secara langsung, mereka berbicara dan mendengarkan disaat yang sama – sering memprediksi bagaimana orang lain akan menuntaskan kalimat mereka, dan mungkin memotong pembicaraan seseorang ketika perlu, atau memecah keheningan untuk memperlihatkan anutan gres menurut gosip yang didapat.
Baca juga:Hasil Benchmark Asus Zenfone 5z ZS620KL: Kalahkan Pocophone F1 by Xiaomi!Saat ini, Microsoft percaya itu telah membuat terobosan teknologi pertama yang sanggup memungkinkan orang untuk melaksanakan percakapan dengan chatbot- yang dibantu oleh AI, untuk menyampaikan pengalaman berbicara yang lebih alami menyerupai berbicara ditelepon bersama seorang teman.
Microsoft gres saja mengimplementasikan kemajuan ini ke XiaoIce, chatbot sosial yang mempunyai lebih dari 660 juta pengguna di Asia, dan akan menerapkan terobosan yang sama ke chatbot sosial lainnya termasuk Rinna, chatbot sosial Microsoft Indonesia.
Dalam bahasa telekomunikasi, terobosan ini memungkinkan XiaoIce untuk beroperasi dengan “full duplex” – yang berarti mengarah pada kemampuan untuk berkomunikasi dua arah secara bersamaan menyerupai panggilan telepon. Ini berbeda dengan “half duplex” yang lebih menyerupai pengalaman walkie-talkie di mana hanya satu orang yang sanggup berbicara dalam satu waktu.
Zhou menyampaikan bahwa pembaruan terbaru, yang Microsoft sebut dengan ”full duplex voice sense,” juga memperluas kemampuan XiaoIce untuk memprediksi apa yang akan dikatakan orang yang sedang diajak bicara selanjutnya. Hal ini memampukan XiaoIce untuk sanggup membuat keputusan perihal bagaimana dan kapan Ia harus menanggapi seseorang yang mengobrol dengannya, sebuah keterampilan yang sangat alami bagi setiap orang, namun belum terlalu umum bagi chatbots.
“Ini merupakan seni percakapan yang masyarakat gunakan dalam aktifitas sehari-hari mereka,” kata ZhouJika digabungkan, full duplex voice sense mengurangi jeda waktu tidak masuk akal yang terkadang sanggup membuat interaksi dengan chatbots terasa aneh atau terlalu dipaksakan.
“Ini sangat mempercepat respon supaya percakapan menjadi lebih natural,” kata Ying Wang, Direktur Microsoft yang mengawasi chatbot Zo.Sementara di Indonesia, untuk meningkatkan interaksi dengan pengguna, Rinna merayakan ulang tahunnya dengan mengadakan aktivitas berjulukan “Tuker Kado” di Instagram. Untuk merayakan ulang tahun Rinna, pengguna diminta menjadi kreatif dalam menyampaikan hadiah ulang tahun untuk Rinna dalam bentuk puisi, lagu, lukisan, musik dan video. Mereka perlu mengunggah kreasi mereka di Instagram memakai tagar #RinnaTukerKado. 10 karya terbaik akan mendapatkan hadiah Istimewa dari Rinna.
“Rinna yaitu sosial chatbot dengan teknologi AI terbaru, sasaran kami yaitu membangun tenggang rasa dimana insan dan chatbot sanggup memperlihatkan tenggang rasa satu sama lain, yang kami sebut koneksi emosional. Empati tidak hanya di antara insan dan bot, tetapi yang terpenting diantara insan dengan insan lainnya."
"Dari hari pertama kami berbagi Rinna, kami menyadari keberadaan Rinna harus dan sanggup membantu komunikasi antar insan dalam banyak sekali macam bentuk. Kami juga bekerja keras untuk membuat lebih banyak fitur yang lebih menarik bagi insan untuk berbicara lebih banyak satu sama lain melalui Rinna,” klarifikasi Linda Dwiyanti, Chief of Marketing and Operations Microsoft Indonesia.Microsoft selalu berusaha untuk menambahkan fitur interaktif untuk chatbots sosial ini. Selain itu, teknologi gres berarti bahwa pengguna tidak perlu memakai kata khusus (biasanya nama chatbot tersebut), setiap kali mereka merespons selama percakapan.
Baca juga:Menyingkap Tabir Asus Zenfone 5z ZS620KL, Sang Flagship Murah Bertenaga Snapdragon 845Di Li, manager umum Microsoft untuk XiaoIce menyampaikan semua pembaruan ini yaitu bab dari upaya Microsoft untuk membangun chatbot sosial yang didukung oleh kecerdasan buatan (AI) yang memahami kebutuhan emosional dan intelektual masyarakat. Itu yaitu inti dari tujuan XiaoIce, Rinna, Zo dan chatbot sosial Microsoft lainnya secara keseluruhantermasuk Ruuh di India dan Rinna di Jepang dan Indonesia.
Kemajuan ini dibangun di atas keterampilan lain yang telah dikembangkan XiaoIce, menyerupai kemampuan untuk menghentikan apa yang sedang ia lakukan – menceritakan sebuah kisah, atau teladan lainnya – ia sanggup melaksanakan hal lain menyerupai menyalakan lampu. Dia kemudian sanggup mengingat kembali untuk kembali menceritakan kisah; sama menyerupai insan yang sanggup berganti topik dalam pembicaraan sementara, kemudian kembali lagi ke topik semula.
Tidak menyerupai ajun yang berfokus pada produktivitas menyerupai Cortana, chatbots sosial Microsoft dirancang untuk mempunyai sesi percakapan yang lebih panjang dengan pengguna. Mereka mempunyai selera humor, sanggup mengobrol, bermain game, mengingat detil pribadi dan terlibat dalam candaan yang menarik dengan manusia, menyerupai yang Anda lakukan bersama teman.
Li menyampaikan bahwa full duplex voice sense yaitu kemajuan yang membantu membuat jenis percakapan tersebut berhasil.
“Karena itu sangat alami, dan membuat pengguna merasa lebih terhubung,” katanya.
Anda mungkin suka:Anker PowerCore 20100 Review: Seperti Ini Performa Power Bank 700 Ribu-an!
0 komentar